JAKARTA.
Nasabah asuransi jiwa korban likuidasi dari PT Asuransi Jiwa Jaminan 1962
menyesalkan belum adanya sikap kooperatif yang ditunjukan Asuransi Bumiputera
1912 untuk membayar utang, sesuai keputusan yang telah dikeluarkan Mahkamah
Agung.
Dalam unjuk
rasa yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pihak likuidator
mewakili para korban sebenarnya hanya berharap hak mereka segera dibayarkan
Bumiputera setelah berlarut-larut selama puluhan tahun.
Aksi itu
dimaksudkan oleh nasabah untuk mengecek kebenaran informasi dari tim likuidasi
yang katanya telah mengajukan Permohoan Aanmaning dan Eksekusi Putusan,
sekaligus memohon kepada ketua PN Jaksel segera memproses Permohonan Aanmaning
atau eksekusi putusan.
Sekretaris
Paguyuban Pemegang Polis sekaligus korban nasabah PT Asuransi Jiwa Jaminan Nini
Windyarini menyampaikan bahwa Bumiputera selama ini telah berusaha menghindar
dari putusan MA.
"Faktanya
Bumiputera selama ini tidak memiliki itikad baik. Oleh karena itu kami mendesak
PN Jaksel untuk melakukan eksekusi terhadap aset Bumiputera," katanya
Selasa (21/6).
Padahal,
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera sebagai pemilik PT. Asuransi Jiwa Jaminan 1962
waktu itu dan secara tanggung renteng, ternyata telah diputuskan oleh
pengadilan melalui putusan perkara Perdata Nomor 1143/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel,
Putusan
Pengadilan Tinggi Bandung dengan register perkara No. 503/PDT/2010/PT.DKI
tanggal 21 Desember 2010, lalu Putusan Kasasi MA Nomor 61 K/Pdt/2012 tanggal 15
Januari 2013 dan Putusan Peninjauan Kembali MA dengan Register perkara Nomor
515 PK/PDT/2014 tanggal 26 Nopember 2014.
"Bumiputera
harusnya membayar kepada tim likuidasi yang hingga saat ini sekitar Rp 35
miliar yang akan dibagi kepada para pemegang polis," jelas Nini.
Tetapi
walaupun telah diupayakan dengan berbagai cara agar dapat segera dibayar dengan
sukarela, ternyata AJB Bumiputera 1912 tetap belum mau membayar. Akhirnya kuasa
hukum tim likuidasi PT. Asuransi Jiwa Jaminan 1962 mengajukan permohonan kepada
PN Jaksel yang telah disampaikan melalui surat Nomor 012/LBH.OB/PE/V/2016
tanggal 2 Mei 2016 untuk Aanmaning atau Penetapan Eksekusi putusan PN Jaksel
yang telah berkekuatan hukum tetap.
Sementara
itu, Ketua Umum LSM KCBI Joel Simbolon sebagai tim yang ikut mengawal persoalan
tersebut juga meminta agar PN Jaksel bisa bertindak bijak dalam menjalankan
putusan MA.
"Kami
akan tetap mengawal sampai persoalan ini selesai, dan ini menyangkut nasib 35
ribu orang yang tersebar di seluruh Indonesia, artinya ini menjadi persoalan
bangsa. Keberadaan kami di sini sebagai sosial kontrol kalau memang ini tidak
bisa selesai kami akan turun bersama 35 ribu pemegang polis sampai Bumiputera
membayarkan," jelasnya.
PT. Asuransi
Jiwa Jaminan (AJJ) 1962 sendiri merupakan badan hukum yang setelah dilikuidasi
menjadi likuidator dalam hal ini diwakili tim likuidasi yang bertindak atas
nama likuidator. Badan ini dibentuk berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham PT.
Asuransi Jiwa Jaminan 1962 (dalam likuidasi) pada 4 November 2008 dan telah
mendapat persetujuan Menteri Hkum dan HAM berdasarkan surat penerimaan
pemberitahuan pembubaran PT Asuransi Jiwa Jaminan 1962 (dalam likuidasi) Nomor
AHU-AH .01.10-01006 tanggal 27 Februari 2009.

Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera adalah pemegang saham mayoritas dan pengendali perseroan
pada PT Asuransi Jiwa Jaminan melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
penyembunyian data portofolio pemegang polis sebanyak 34.126 polis dengan
cadangan premi sebesar Rp 24.920.832.100. Hal ini dilakukan dalam rangka
penjualan seluruh saham dengan cara berencana dan bersama-sama membuat laporan
portofolio aktuaris perusahaan internal
menyatakan bahwa cadangan premi yang ada versi mereka adalah Rp 22.902.443.000
dengan 32.681 pemegang polis. Di mana dengan laporan audit yang seperti itu
dinyatakan solvabilitas dan dapat disuntik dana sebesar Rp 5 miliar sampai
dengan maksimal Rp 12,5 miliar sehingga berdasarkan asumsi tersebut membuat PT
Ventura Cakrawala Investama dan Indra Wiguna sebagai pembeli saham tertarik
untuk transaksi jual beli saham perusahaan PT Asuransi Jiwa Jaminan 1962.
Setelah
perseroan terbatas PT Asuransi Jiwa Jaminan 1962 diambil alih dan investasi
dana telah dilakukan ternyata pada setiap perhitungan akhir tahun perseroan PT
Asuransi Jiwa Jaminan 1962 bukannya semakin sehat tetapi justru selalu defisit.
Berdasarkan fakta tersebut maka perseroan menunjuk aktuaris independen untuk
menghitung dan mereview perseroan setelah PT Pointera Aktuarial Strategis
sebagai aktuaris independen yang ditunjuk melaporkan per tanggal 31 Desember
2000 tertanggal 14 september 2007 adalah sebesar Rp 47.823.274.100 untuk 66.807
polis.
Dengan
demikian jelas terlihat pernyataan aktuaris internal dan aktuaris independen
terdapat selisih jumlah pemegang polis sebanyak 34.126 dan cadangan premi
sebesar Rp 24.920.832.100.
Atas
kronolgi tersebut maka para mantan nasabah Asuransi Jiwa Jaminan mengalami
kerugian sebesar Rp 24.920.832.100 ditambahkan bunga sebanyak enam persen per
tahunnya selama delapan tahun. Kasus ini berperkara yang totalnya adalah Rp
36.882.431.508 untuk dibayarkan Bumiputera kepada para nasabahnya.